Kamis, 19 April 2012

HUBUNGAN TUHAN DENGAN MANUSIA DAN ALAM

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN TUHAN

Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baik kejadian dan menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia di hadapan ciptaan-Nya yang lain.

Kedudukan seperti itu ditandai dengan pemberian daya fikir, kemampuan berkreasi dan kesadaran moral. Potensi itulah yang memungkinkan manusia memerankan fungsi sebagai khalifah dan hamba Allah. Dalam kehidupan sebagai khalifah, manusia memberanikan diri untuk mengemban amanat berat yang oleh Allah ditawarkan kepada makhluk-Nya. Sebagai hamba Allah, manusia harus melaksanakan ketentuan-ketentauan-Nya. Untuk itu, manusia dilengkapi dengan kesadaran moral yang selalu harus dirawat, jika manusia tidak ingin terjatuh ke dalam kedudukan yang rendah.

Dengan demikian, dalam kehidupan manusia sebagai ciptaan Allah, terdapat dua pola hubungan manusia dengan Allah, yaitu pola yang didasarkan pada kedudukan manusia sebagai khalifah Allah dan sebagai hamba Allah. Kedua pola ini dijalani secara seimbang, lurus dan teguh, dengan tidak menjalani yang satu sambil mengabaikan yang lain. Sebab memilih salah satu pola saja akan membawa manusia kepada kedudukan dan fungsi kemanusiaan yang tidak sempurna. Sebagai akibatnya manusia tidak akan dapat mengejawentahkan prinsip tauhid secara maksimal.

Pola hubungan dengan Allah juga harus dijalani dengan ikhlas, artinya pola ini dijalani dengan mengharapkan keridloan Allah. Sehingga pusat perhatian dalam menjalani dua pola ini adalah ikhtiar yang sungguh-sungguh. Sedangkan hasil optimal sepenuhnya kehendak Allah. Dengan demikian, berarti diberikan penekanan menjadi insan yang mengembangkan dua pola hubungan dengan Allah. Dengan menyadari arti niat dan ikhtiar, sehingga muncul manusia-manusia yang berkesadaran tinggi, kreatif dan dinamik dalam berhubungan dengan Allah, namun tetap taqwa dan tidak pongah Kepada Allah.

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM
Sebelum manusia hadir, alam semesta telah ada. Alam telah terbentuk, jauh sebelum ada manusia; dan manusia dengan “sok tahunya,” menyatakan bahwa TUHAN Allah lah yang menciptakan alam semesta dengan sungguh amat baik; dan itu disediakan untuk manusia; alam semesta disediakan sebagai pesemaian manusia.
Lihatlah fakta pada kehidupan sekarang yang kita jalani. Kita merasakan cuaca alam, suhu serta musim tidak dapat selaras lagi bahkan diprediksi sekalipun dihitung oleh kecanggihan alat - alat buatan para ilmuwan. Banyak hal kehidupan manusia pun tidak sejalan oleh keinginan sebagian besar manusia. Ambil contoh terjadinya konfrontasi antara anak dengan orang tua, perceraian suami istri, konfrontasi rakyat dengan pemerintah, buruh dengan pengusaha, dan lain - lain, hal ini menandakan bahwa sendi - sendi kehidupan mengalami ketidak-harmonisan atau disebut disharmoni.
Didalam Al-Qur’an pada surat Ayub (28) ayat 1-11 menjelaskan tentang :
  1. Orang menambang perak dan tempat orang melimbang emas.
  2. Besi digali dari dalam tanah, dan dari batu dilelehkan tembaga.
  3. Orang menyudahi kegelapan, dan batu diselidikinya sampai sedalam-dalamnya, di dalam kekelaman dan kelam pekat.
  4. Orang menggali tambang jauh dari tempat kediaman manusia, mereka dilupakan oleh orang-orang yang berjalan di atas, mereka melayang-layang jauh dari manusia.
  5. Tanah yang menghasilkan pangan, dibawahnya dibongkar-bangkir seperti oleh api.
  6. Batunya adalah tempat menemukan lazurit yang mengandung emas urai.
  7. Jalan ke sana tidak dikenal seekor burung buas pun, dan mata elang tidak melihatnya.
  8. Binatang yang ganas tidak menginjakkan kakinya di sana dan singa tidak melangkah melaluinya.
  9. Manusia melekatkan tangannya pada batu yang keras, ia membongkar-bangkir gunung-gunung sampai pada akar-akarnya.
  10. Di dalam gunung batu ia menggali terowongan, dan matanya melihat segala sesuatu yang berharga.
  11. Air sungai yang merembes dibendungnya, dan apa yang  tersembunyi dibawanya ke tempat terang.
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN MANUSIA
Manusia pada dasarnya harus selalu mengembangkan tanggapannya terhadap kehidupan. Tanggapan tersebut pada umumnya merupakan usaha mengembangkan kehidupan berupa hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Dengan demikian maka hasil itu merupakan budaya manusia, yang sebagian dilestarikan sebagai tradisi, dan sebagian diubah. Pelestarian dan perubahan selalu mewarnai kehidupan manusia. Inipun dilakukan dengan selalu memuat nilai-nilai yang telah disebut di bagian awal, sehingga budaya yang bersesuaian bahkan yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai tersebut dilestarikan, sedang budaya yang tidak bersesuaian diperbaharui.

Kerangka bersikap tersebut mengisyaratkan bergerak secara dinamik dan kreatif dalam kehidupan manusia. Manusia dituntut untuk memanfaatkan potensinya yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT. Melalui pemanfaatan potensi diri itu justru manusia menyadari asal mulanya, kejadian, dan makna kehadirannya di dunia.

Dengan demikian pengembangan berbagai aspek budaya dan tradisi dalam kehidupan manusia dilaksanakan sesuai dengan nilai dalam hubungan dengan Allah, manusia dan alam selaras dengan perekembangan kehidupandan mengingat perkembangan suasana. Memang manusia harus berusaha menegakan iman, taqwa dan amal shaleh guna mewujudkan kehidupan yang baik dan penuh rahmat di dunia. Di dalam kehidupan itu sesama manusia saling menghormati harkat dan martabat masing-masing , berderajat, berlaku adil dan mengusahakan kebahagiaan bersama. Untuk diperlukan kerjasama yang harus didahului dengan sikap keterbukaan, komunikasi dan dialog antar sesama. Semua usaha dan perjuangan ini harus terus -menerus dilakukan sepanjang sejarah.

Melalui pandangan seperti ini pula kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara dikembangkan. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan kerelaan dan kesepakatan untuk bekerja sama serta berdampingan setara dan saling pengertian. Bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dimaksudkan untuk mewujudkan cita-cita bersama : hidup dalam kemajuan, keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Tolok ukur bernegara adalah keadilan, persamaan hukum dan perintah serta adanya permusyawaratan.

DAFTAR PUSTAKA